Mengapa ada yang namanya sakit hati, jawabannya adalah semua yang Anda harapkan tidak sesuai dengan apa yang Anda harapkan. Ketika kedua pasangan memutuskan berpisah tentu tidak akan mudah untuk saling melupakan satu sama lain.
Pada dasarnya perpisahan bukan sesuatu yang di rencanakan. Baik berpisah secara baik-baik maupun buruk, hal tersulit untuk dilakukan setelahnya adalah melupakan si mantan. Padahal, Anda sudah bisa makan, tidur, dan bekerja seperti biasa, tetapi wajah dan suaranya masih tertanam di salah satu sudut benak Anda.
Apa yang salah?
Seorang psikolog hubungan Grace Larson menjelaskan mengapa Anda susah melupakan si mantan dan ternyata ada tiga alasan.
1. Dia telah mengubah diri Anda
Harus diakui bahwa ungkapan “pasangan tumbuh semakin mirip” ada benarnya. Bahkan, semakin dekat Anda dengan pasangan, batas di antara kalian akan semakin menghilang dan merubah dari “saya” menjadi “kita”.
Seorang profesor psikologi dari Villanova University mengkonfirmasikan hal ini melalui penelitiannya. Slotter dan timnya mengamati hubungan 69 mahasiswa selama enam bulan dengan mempertanyakan status hubungan dan jati diri mereka setiap dua minggu.
Ternyata, perpisahan membuat kejelasan partisipan terhadap jati diri mereka merosot tajam. Bahkan, mereka semakin depresi karena tidak mengetahui siapa diri mereka setelah berpisah.
2. Dia mengubah ritme biologis Anda
Semakin dekat hubungan Anda dengan pasangan, maka semakin juga pengaruhnya terhadap pikiran dan emosi Anda.
David Sbarra, profesor psikologi klinis asal University of Arizona, dan Cindy Hazan, profesor pengembangan manusia di Cornell University, menemukan bahwa pasangan membantu untuk menyeimbangkan sistem fisik Anda.
Sebaliknya, perpisahan antara pasangan sama berbahayanya dengan memisahkan bayi dari perawatnya. Anda menjadi mudah marah, terganggu tidur dan pola makannya, dan lain-lain.
3. Perpisahan lebih sulit bagi seseorang yang setia
Komitmen adalah hal yang paling berharga dalam hubungan. Selain berfungsi sebagai perekat, komitmen juga mengurangi peluang pasangan untuk berpisah.
Namun, terkadang komitmen ini hanya dilakukan oleh salah satu pihak dan ketika perpisahan muncul, rasa sakitnya lebih terasa bagi pihak tersebut.
Larson menulis, “waktu dan kebahagiaan dalam hubungan tidak selalu menandakan betapa menyedihkannya perpisahan. Banyak orang mengalami penurunan kebahagian yang drastis setelah berpisah bila mereka membuat komitmen seperti rencana untuk menikahi pasangan.
Perpisahan memang sesuatu yang menyakitkan dan tidak kedua pasangan rencanakan. Carilah sisi positif dari perpisahan yang Anda alami dengan pasangan, fokuslah dengan yang membuat Anda berkembang menjadi pribadi lebih baik.
Kategori
Lifestyle